Minggu, 16 September 2012

TRAUMA TUMPUL ABDOMEN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
I.        Diagnosa medik: Trauma tumpul abdomen
II.     Definisi: Trauma tumpul abdomen adalah cedera yang diakibatkan oleh benda tumpul yang mengenai daerah abdomen yang dapat menyebabkan perdarahan atau perforasi didalam abdomen.
Klasifikasi  trauma abdominal :
·        Trauma tumpul : organ yang terkena limpa, hati, pangkeas, dan ginjal.
·        Trauma tembus :  organ yang terkena hati, usus halus dan besar
III.   Etiologi:
Trauma abdomen dapat disebabkan oleh:
  1. Trauma tumpul abdomen disebabkan oleh kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor
  2. Trauma tembus (penetrasi) disebabkan oleh baku tembak dan luka tusukan (Brunner & Suddarth, 2002).

IV.  Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status generalis) untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistim kardiovaskuler dan sistim saraf yang merupakan sistim vital untuk kelangsungan kehidupan.
Pemeriksaan keadaan lokal (status lokalis abdomen) pada derita dilaksanakan secara sistematis dengan inspeksi, palpa perkusi dan auskultasi.
Inspeksi : Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
·        Penderita kesakitan.
·        Pernafasan dangkal karena nyeri daerah abdomen.
·        Penderita pucat, keringat dingin.
·        Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, lapisan usus.
Palpasi : Akut abdomen memberikan rangsangan pada peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi.
            Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
·        Perasaan nyeri Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus
akan bertambah pada waktu palpasi sehingga dikenal gejala
nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan timbul
rasa nyeri di daerah peradangan pada penekanan dinding abdo-
men di daerah lain.
·        Kejang otot (muscular rigidity, defense musculaire) Kejang otot yang ditimbulkan karena rasa nyeri pada peritonitis diffusa yang karena rangsangan palpasi bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.
Perkusi: Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan
·        Perasaan nyeri oleh ketokan pada jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok.
·        Bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi
usus yang berisikan gas pada ileus obstruksi rendah.
Auskultasi : Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi perangsangan peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik.
V.     Pemeriksaan penunjang
·        Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan  terus menerus. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa ter-dapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis.Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pads hepar.
·        Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
·        Foto Thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma pads thoraks.
·        Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan
Untuk melihat adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
·        Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
VI.  Diagnosa keperawatan yang sering muncul
·        Pola pernapasan inefektif b.d penurunan ekspansi paru.
·        Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d trauma jaringan.
·        Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d trauma pada lambung.
·        Gangguan mobilitas fisik b.d ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
VII.         Intervensi Keperawatan dan Rasional
1.  Pola pernapasan inefektif b.d penurunan ekspansi paru
Intervensi
Rasional
1.   Mengidentifikasi etiologi/faktor pencetus, contoh kolaps spontan atau pun trauma.
2.   Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, sianosis, atau perubahan tanda vital.
3.   Auskultasi bunyi napas.
4.   Catat pengembangan dada.
5.   Kaji pasien adanya nyeri tekan bila batuk, napas dalam.
6.   Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan meninggikan kepala tempat tidur.
Kolaborasi
1.      Awasi AGD dan nadi oksimetri
2.      Berikan oksigen tambahan melalui kanula/ masker sesuai indikasi
1.   Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terapeutik lain.
2.   Distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan hipoksia/perdarahan.
3.   Bunyi napas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen  paru,atau seluruh area paru.
4.   Pengembangan dada sama dengan ekspansi paru.
5.   Sokongan terhadap dada dan otot  abdominal membuat batuk lebih efektif/ mengurangi trauma.
6.   Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru.
1.      Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi
2.      Mengurangi distres respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksemia
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d trauma jaringan
Intervensi
Rasional
1.      Catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 1-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non verbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah dan merintih
2.      Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.
3.       Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
4.       Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
5.       Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
Kolaborasi
Berikan analgetik sesuai indikasi
denmgan dokter, pemberian analgetik
1.      Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan kefektifan analgesik
2.      Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
3.      Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.
4.      Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
5.      Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
3.      Gangguan mobilitas fisik b.d ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
2.      Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
3.      Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
4.      Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
Kolaborasi
Konsultasi  dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
1.      Mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2.      Mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
3.      Menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
4.      Mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
Sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,M. A., Moorhouse, M. F.,& Geissler, A.C (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Medicine & Linux. (2008). Trauma abdomen. Diperoleh pada tanggal 19 Oktober 2008 dari http://medlinux.blogspot.com/2008/06/trauma-thorax.html.
Smeltzer, Z. C,& Brenda, G. B .( 2001 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8, vol 2. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar