Minggu, 16 September 2012

Retensi Urine

Retensi Urine
I.             Diagnosa Medik
Retensi urine
II.          Definisi
Retensi urin merupakan ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut.
III.       Etiologi
Retensi urin dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan patologi uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih, dan beberapa keadaan lain.
       Tanda-tanda klinis retensi:
·        Ketidaknyamanan daerah pubis.
·        Distensi VU
·        Ketidak sanggupan unutk berkemih.
·        Sering berkeih dalam VU yang sedikit (25 – 50 ml)
·        Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya.
·        Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.
IV.        Pemeriksaan Fisik
1.      Kaji kapan klien terakhir kali buang air kecil dan berapa banyak urin yang keluar.
2.      Kaji adanya nyeri.
3.      Perkusi pada area supra pubik, apakah menghasilkan bunyi pekak yang menunjukkan distensi kandung kemih.
V.           Diagnosa Keperawatan
1.      Retensi urin b.d ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
2.      Gangguan rasa nyaman: nyeri
3.      Intoleransi aktivitas
4.      Ansietas b.d krisis situasi
VI.        Intervensi Keperawatan
1.      Retensi urin b.d ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
à Kriteria evaluasi    : - Berkemih dengan jumlah yang cukup
                                   - Tidak teraba distensi kandung kemih
Intervensi
Rasional
1.   Dorong pasien utnuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
2.   Tanyakan pasien tentang inkontinensia stres.
3.   Observasi aliran urin, perhatikan ukuran dan ketakutan.
4.   Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih..
5.   Perkusi/palpasi area suprapubik
1.   Meminimalkan retensi urin distensi berlebihan pada kandung kemih.
2.   Tekanan ureteral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih.
3.   Berguna untuk mengevaluasi obsrtuksi dan pilihan intervensi.
4.   Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas.
5.   Distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik.
2.      Gangguan rasa nyaman: nyeri
à Kriteria evaluasi : -   Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol
  -   Menunjukkan rileks, istirahat dan peningkatan aktivitas     dengan tepat
Intervensi
Rasional
1.   Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas nyeri.
2.   Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen.
3.   Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
4.   Berikan tindakan kenyamanan
5.   Dorong menggunakan rendam duduk, sabun hangat untuk perineum.
1.   Memberikan informasi untuk membantu dalam menetukan intervensi.
2.   Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis-skrotal.
3.   Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase retensi akut.
4.   Meningktakan relaksasi dan mekanisme koping.
5.   Meningkatkan relaksasi otot.
3.      Intoleransi aktivitas
à Kriteria evaluasi           : -  Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tidak adanya dispnea, kelemahan, tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi
Rasional
1.   Evaluasi respon klien terhadap aktivitas.
2.   Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
3.   Jelaskna pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
4.   Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
1.   Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
2.   Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
3.   Tirah baring dapat menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
4.   Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
4.      Ansietas b.d krisis situasi
à Kriteria evaluasi : -  Mengakui dan mendiskusikan takut/masalah
                                            -  Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/istirahat
                                        
Intervensi
Rasional
1.   Identifikasi persepsi pasien tentang ancaman yang ada dari situasi.
2.   Observasi respon fisik,seperti gelisah, tanda vital, gerakan berulang.
3.   Dorong pasien/orang terdekat untuk mengakui dan menyatakan rasa takut.
4.   Identifikasi pencegahan keamanan yang diambil, seperti marah dan suplai oksigen. Diskusikan.
1.   Mendefinisikan lingkup masalah individu dan mempengaruhi pilihan intervensi.
2.   Berguna dalam evaluasi derajat masalah khususnya bila dibandingkan dengan pernyataan verbal.
3.   Memberikan kesempatan untuk menerima masalah, memperjelas kenyataan takut dan menurunkan ansietas.
4.   Memberikan kayakinan untuk membantu ansietas yang tak perlu.
VII.     Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Doenges. M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar