Minggu, 16 September 2012

ASKEP DENGAN FRAKTUR MANDIBULA

ASKEP DENGAN FRAKTUR MANDIBULA
I.             Diagnosa medik:
Fraktur Mendibula
II.          Definisi:
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2001). Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur dan merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak (Watson,2002). Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibula yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
III.       Etiologi:
1.      Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.
2.      Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan.
3.      Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor tulang.
IV.        Jenis-jenis fraktur:
1.      Fraktur tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada kulit
2.      Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit
3.      Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran
4.      Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
V.           Patofisiologi (Web of Caution)
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema, sehingga mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan terjadi penurunan perfusi jaringan
VI.        Pemeriksaan Fisik
a.       Nyeri pada lokasi frkatur terutama pada saat digerakan
b.      Adanya pembengkakan
c.       Pemendekan ekstrmitas yang sakit
d.      Paralisis (kehilangan daya gerak)
e.       Krepitasi (sensasi keripik yang ditimbulkan bila mempalpasi patahan-patahan tulang
f.        Spasme otot
g.       Peretesia (penurunan sensasi)
VII.     Pemeriksaan Laboratorium/Diagnostik/Penunjang:
  1. Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
  2. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak
  3. Pemeriksaan darah lengkap: Hb menurun terutama fraktur terbuka, peningkatan leukosit adalah respon stres normal setelah trauma.
VIII.  Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1.      Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d pergeseran fragmen tulang terhadap jaringan lunak
2.      Resiko tinggi inefektifnya bersihan jalan nafas b.d trauma pada jaringan lunak
3.      Kerusakan komunikasi verbal b.d nyeri
IX.        Intervensi Keperawatan dan Rasional
1.      Gangguan rasa nyama: nyeri (akut) b.d pergeseran fragmen tulang terhadap jaringan lunak
Tujuan:  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dapat berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil : a.           Nyeri berkurang atau hilang
b.      Skala nyeri 1
c.       Klien menunjukkan sikap santai
Intervensi
Rasional
1.      Kaji lokasi nyeri, itensitas dan tipe nyeri
2.      Pertahankan imobilisasi fraktur wajah dengan alat yang tepat
3.      lakukan rentang gerak pasif/ aktif untuk ekstremitas/ sendi
4.      Ajarkan dan dorong tehnik relaksasi napas dalam
5.      Berikan waktu untuk ekspresikan perasaan, dalam tingkat kemampuan berkomunikasi
Kolaborasi
Berikan analgetik sesuai indikasi
dengan dokter, pemberian analgetik
1.      Mempengaruhi pilihan keefektifan intervensi
2.      Mempertahankan posisi yang tepatndan mencegah stres yang tak diperlukan pada dukungan otot
3.      menurunkan ketidaknyamanan dan kekakuan, merangsang sirkulasi yang melambat sehubungan dengan tirah baring
4.      Dengan tehnik relaksasi dapat mengurangi nyeri
5.      ekspresikan masalah/ rasa takut menurunkan ansietas/ siklus nyeri
Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
2.      Resiko tinggi inefektifnya bersihan jalan nafas b.d trauma pada jaringan lunak
Tujuan:   Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam resiko inefektif bersihan jalan nafas tidak terjadi
Kriteria hasil:    a.   Pola nafas normal
b.      Bunyi nafas jelas dan tidak bising
c.        Mendemonstrasikan perilaku untuk meningkatkan jalan napas paten
Intervensi
Rasional
1.      Tinggikan tempat tidur 30 derajat
2.      Observasi frekuensi/ irama pernafasan. Perhatikan penggunaan otot aksesori, pernafasan cuoing hidung, stridor, serak
3.      Periksa mulut terhadap pembengkakan, perubahan warna, akumulasi sekret mulut atau darah
4.      Perhatikan keluhan pasien akan peningkatan disfagia, batuk nada tinggi, mengi
5.      Awasi TTV dan perubahan mental
6.      Auskultasi bising usus
7.      Kaji warna dasar kuku
Kolaborasi
Berikan antiemetik sesuai indikasi
1.      Meningkatkan drainase sekresi dan menurunkan terjadinya edema
2.      Dapat mengindikasikan terjadinya gagal pernafasan
3.      Pemeriksaan hati-hati diperlukan karena mungkin adanya perdarahan
4.      Menindikasikan pembengkakan jaringan lunak pada faring posterior
5.      Takikardi/ peningkatan gelisah dapat mengindikasikan terjadinya hipoksia
6.      Adanya mengi/ ronki menunjukan sekret tertahan
7.      Menentukan keadekuatan oksigenasi
Mencegah terjadinya muntah dan aspirasi
3.      Kerusakan komunikasi verbal b.d nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat berkomunikasi dengan baik
Kriteria hasil : pasien akan menetapkan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
Intervensi
Rasional
  1. Tentukan luasnya ketidakmampuan untuk berkomunikasi
  1. Berikan pilihan cara komunkasi menggunakan alat
  2. validasi arti upaya komunikasi.gunakan ya atau tidak
  3. Antisipasi kebutuhan pasien
1.      Tipe cedera/ situasi individual akan menentukan kebuthan yang memerlukan bantuan
2.      Memampukan pasien untuk mengkomunikasikan kebutuhan atau masalah
3.      Batasi frusteasi dan kelelahan yang dapat terjadi pada percakapan lama
4.      Menurunkan ansietas dan perasaan tidak berdaya
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,M. A., Moorhouse, M. F.,& Geissler, A.C (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Z. C,& Brenda, G. B .( 2001 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8, vol 3. Jakarta: EGC
Rerves, C. J., Roux, G.,& Lockhart, R .( 2001). keperawatan medikal bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Watson, R. (2002). Anatomi dan fisiologi: untuk perawat. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar