Minggu, 16 September 2012

GGK

GAGAL GINJAL KRONIK
  1. DEFINISI
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terus berlangsung dan tidak dapat di perbaiki. (Charlene, 2001). Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah)
Gagal ginjal  atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).
  1. Etiologi
Glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik, penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, GOUT, dan tidak diketahui. Pada lanjut usia, penyebab gagal ginjal kronik yang tersering adalah progressive renal sclerosis dan pielonefritis kronis (Arif, 1999).
  1. Patofisiologi
Penurunan fungsi renal menyebabkan penimbunan produk akhir metabolisme tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia. Selain itu penurunan dari filtrasi glomeruli juga dapat menyebabkan klirens kreatinin menurun dan kadar kreatinin serum meningkat. Ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasikan dan mengencerkan urin secara normal, akibatnya terjadi retensi cairan dan natrium yamg meningkatkan terjadinya edema. Penurunan dari fungsi ginjal juga menyebabkan produksi eritropoetin tidak adekuat menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan menyebabkan anemia yang disertai keletihan, angina, sesak napas, defisiemsi nutrisi dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan gastrointestinal. Selain itu juga menurunkan kadar serum kalsium dan meningkatkan kadar fosfat serum. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi dari parathormon dan kelenjar parathiroid.
Adanya gagal ginjal tubuh tidak berespon terhadap peningkatan parathormon akibatnya kalsium ditulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
Manifestasi klinik
·        Gejala kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi ( akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sytem renin angiotensin-aldosteron) dan perikardirtis (iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik uremik).
·        Gejala Dermatologi
Yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritus), warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering dan bersisik, kuku tipis dan rapuh, butran uremik, suatu penumpukan kristal urea dikulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan yang dini dan agresif
·        Gejala gastrointestinal
Sering terjadi dan mencakup : anoreksia, mual dan muntah, nafas bau amonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, konstipasi dan diare, perdarahan gastro intestinal.
·        Respirasi
Edema paru, efusi pleura, pleuritis
·        Neuromuskular
Lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular, neuropati perifer, bingung, koma.
·        Hematologi
Anemia, perdarahan meningkat
4. Pemeriksaan fisik
·        Aktifitas
Gejala : Kelelahan ekstrem, kalemahan, malaise Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen).Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
·        Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi lama atau berat palpatasi, nyeri dada (angina).Tanda, Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak , tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan
·        Integritas Ego
Gejala : Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
·        Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi.Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
·        Makanan / cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi), Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia) penggunaan diurotik. Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, edema (umum, targantung),ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
·        Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur ,kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah. Tanda : Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang,rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
·        Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki, Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah
·        Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.Batuk dengan sputum encer (edema paru)
·        Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada / berulangnya infeksi. Tanda : Pruritis Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal Ptekie, area ekimosis pada kulit Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
·        Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
·        Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
·        Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi. Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.
5. Pemeriksaan diagnostik
1.      Urin
a.   Volume urin   : oliguri atau anuria
b.      Warna urin    : keruh
c.    BJ urin           : kurang 1,015
d.      Osmolalitas urin
e.    Klirens kreatinin menurun
f.     Natrium meningkat
g. Proteinuria
2.      Darah
a.   BUN/ kreatinin meningkat
b.      Ht dan Hb
c.    Natrium serum
6. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
·   Penurunan curah jantung b.d ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskular sistemik.
·  Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis, akumulasi toksin, asidosis metabolik, ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia.
·  Kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolik, sirkulasi dan sensasi, gangguan turgor kulit, penurunan aktivitas toksin dalam kulit.
·  Perubahan membran mukosa oral b.d kurang/ penurunan salivasi, pembatasan cairan, iritasi kimia, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
·  Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d keterbatasan kognitif, salah informasi tentang penyakit.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskular sistemik
TINDAKAN
RASIONAL
Mandiri
·  Auskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya edema perifer/ kongesti vaskuler dan keluhan dispnea.
·   Kaji adanya derajat hipertensi, awasi TD, perhatikan perubahan postural., contohnya duduk, berbaring dan berdiri.
·  Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, radiasi, beratnya dan apakah nyerinya menetap dengan inspirasi dan posisi terlentang.
·  Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas.
Kolaborasi
·  Awasi pemerikasaan laboratorium:
Elektrolit ( kalium, natrium, kalsium dan magnesium), BUN
Foto dada
·  Berikan obat antihipertensi, contohnya prozazin (minipress), katopril (capoten), klonodin (catapres), hidralazin (apresoline).
·  Adanya takikardia, frekuensi jantung tak teratur, takipneu, dispnea, mengi, dan edema/ distensi jugular menunjukkan GGK
· Hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron renin angiotensin.
· Hipertensi dan GGK kronis dapat menyebabkan pasien mengalami perikarditis, potensial resiko efusi perikardial/ tamponade.
· Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia.
· Ketidakseimbangan dapat menggangu konduksi elektrikal dan fungsi jantung.
Berguna dalam mengidentifikasi terjadinya gagal jantung atau klasifikasi jaringan lunak.
· Menurunkan tahanan vaskular sistemik dan pengeluaran renin untuk menurunkan kerja miokardial dan membantu memcegah GJK.
·  Siapkan dialisis
·  Penurunan ureum toksik dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan kelebihan cairan dapat membatasi / mencegah menifestasi jantung, termasuk hipertensi dan efusi perikardial
2.Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis, akumulasi toksin, asidosis metabolik, ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
·  Kaji luasnya gangguan kemapuan berfikir, memori dan orientasi.
   Perhatikan lapang perhatian.
·  Pastikan orang terdekat tahu keadaan mental pasien.
·  Berikan orang terdekat informasi tentang status pasien.
·  Orientasikan kembali lingkungan, orang.
·  Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak menggangu peride tidur.
Kolaborasi
·  Awasi pemerikasaan laboratorium contoh : BUN/ kretinin, elektrolit serum, kadar glukosa dan GDA.
·  Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.
·  Hindari penggunaan barbiturat dan opiat.
·  Siapkan untuk dialisi
·  Efek sindrom uremik dapat terjadi dengan kekacauan  dan ketidakmampuan untuk mengasimilasi informasi dan partisipasi dalam perawatan.
· Memberikan perbandingan untuk mengevaluasi perkembangan / perbaikan gangguan.
· Beberapa perbaikan dalam mental mungkin diharapkan adanya perbaikan kadar BUN, elektrolit dan ph serum normal.
· Memberikan petunjuk untuk membantu  dalam pengenalan kenyataan.
· Gangguan tidur dapat menggangu kemampuan kognitif lebih lanjut.
· Perbaikan peningkatan / ketidakseimbangan dapat mempengaruhi kognitif/ mental.
· Perbaikan hipoksia dapat memperbaiki kognitif.
· Obat- obatan secara normal di detoksifikasi dalam ginjal akan mengalami waktu paruh / efek akumulasi, memperburuk keadaan.
· Penyimpangan proses pikir dapat menunjukkan memburuknya azotemia dan kondisi umum.
  1. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolik, sirkulasi dan sensasi, gangguan turgor kulit, penurunan aktivitas toksin dalam kulit.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
·  Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor. Perhatikan kemerahan, ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis dan purpura.
·  Pantau masukan cairan dan dehidrasi kulit dan membran mukosa.
·  Inspeksi area tegantung terhadapa edema
·  Ubah posisi dengan sering.
·  Berikan perawata kulit, batasi penggunaan sabun, berikan salep.
·  Anjurkan pasien mengguanakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritus.
Kolaborasi
·  Berikan matras busa
· Menandakan area sirkulasi memburuk/ kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/ infeksi.
·  Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat sirkuler.
·  Jaringan edema cenderung rusak / sobek.
·  Menurunkan terjadinya tekanan edema, jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia.
·  Mengurangi pengeringan dengan sabun. Salep untuk menghilangkan kekeringan pada kulit.
·  Menurunkan ketidaknyaman dan menurunkan resiko cedera dermal.
· Menurunkan tekana lama pada jaringan yang dapat membatasi perfusi selular yang menyebabkan terjadinya iskemia/ nekrosis.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
            Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta: EGC
                       
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Price, Sylvia (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Nursalam. M (2006). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan, Jakarta : Salemba Medika.
Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar